LINGGA YONI INDIHIANG; AIS PANGAMPIH LEUNGITEN AISANNA

 

Entah kali ke berapa saya datang ke Situs Lingga Yoni Indihiang ini, yang jelas pada hari-hari tertentu yang saya pilih sendiri. Siang tadi sekitar pukul satu saya kembali ke sana, kebetulan ada Kang Agus Wirabudiman di saung dekat tangga sedang asik berbincang dengan beberapa orang. Karena tidak ingin mengganggu saya dan seorang teman langsung saja naik ke atas. 

Tak berselang lama, datang Kang Rusli, beliau ini penjaga yang ditugaskan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya. Kami pun ngalér-ngidul mengenai Lingga Yoni ini, termasuk persoalan-persoalan yang menjadi tanggungjawab bersama, termasuk saya selaku pengunjung dan peminat sejarah budaya. Jujur saja, cukup panjang lebar kami ngobrol perihal perhatian terhadap Lingga Yoni dari pemerintah. Miris, menyedihkan, menyebalkan dan jadi geregeten yang neuteuli untuk saya, setelah mendengar cerita dari Kang Rusli. 

Saya tidak akan menyebutkan Disporabudpar Kota Tasikmalaya, eh keceplosan! Tapi memang benar, ini adalah tugasnya. Sebelumnya mohon maaf saya pada Kang Rusli, ini saya ceritakan di sini. Tapi memang khalayak harus tau, bahwa ais pangampih ini kehilangan aisan nya. Sangat terenyuh, ketika Kang Rusli bercerita suatu hari sebelum ke Lingga Yoni sengaja datang ke kantor Disporabudpar hanya untuk meminta sapu lidi, "Éta téh penting pisan atuh da Kang kanggo di dieu mah sanaos barangna mah jiga teu sapira." ujarnya. Saya faham betul. Rasanya tidak perlu dijabarkan lagi perihal sapu lidi ini. Tapi apa boleh buat, sapu pun luput. Masih banyak hal lain yang ingin saya ceritakan, tapi...

Ini adalah perihal rasa dan moral, termasuk saya, dalam setiap kesempatan saya selalu sampaikan masukan mengenai situs ini pada Disporabudpar. Nyaris setiap ada pertemuan, baik formal atau pun acara ngopi. Terakhir sewaktu di beranda kantornya, Ebih pun ada kalau tidak salah, saya sampaikan hal ini pada Kadis Disporabudpar. Tapi ya begitulah, hanya sebatas senyuman. Ringkasnya, Lingga Yoni ini adalah bukan sebatas situs atau cagar budaya saja melainkan sebuah nilai adiluhung yang perlu diruwat dan dirawat oleh bersama namun mungkin para pemangku kebijakan punya kapasitas lebih. 

Semoga selain keadiluhungan situsnya tetap terjaga pun para pemiliknya. Sanggup menjaga dan tetap menjadi sambung tangan para leluhur. Lalu intinya apa yang ingin saya sampaikan untuk Pemkot Tasikmalaya khususnya Disporabudpar? Kitu wé lah, capé ditulis mah.


Posting Komentar

0 Komentar