Hari Wayang Nasional memiliki arti penting bagi para praktisinya, dalam hal ini insan padalangan—wayang sebagai produk kesenian yang memuat nilai-nilai adiluhung, harus senantiasa terjaga keberadaannya serta terus berkembang mengikuti roda zaman.
Setidaknya, dua dekade lalu Tasikmalaya dikenal dengan praktisi padalangannya yang sangat aktif membuat gerakan-gerakan untuk melanggengkan eksistensi wayang golek. Dulu, setiap satu bulan sekali para dalang secara bergilir nabeuh di GOR Sukapura Dadaha. Hingga akhirnya panggung rutinan itu harus meredupkan lampu.
Sejak Hari Wayang Nasional ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 2018 setiap tanggal 7 November, di Tasikmalaya belum pernah ada gerakan untuk memperingatinya. Maka kini, kami yang terhimpun dalam Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kabupaten Tasikmalaya serta dulur-dulur seniman lain yang memiliki kecintaan terhadap wayang golek, tengah menyalakan kembali spirit para pendahulu kami—menjaga detak pergerakan dan kolaborasi.
Maka dengan penuh kegembiraan, kami mempersembahkan sebuah gelaran edukasi dan pertunjukan seni bernama "Pasamoan Karya", yang merupakan peringatan Hari Wayang Nasional pertama di Tasikmalaya Raya. Kegiatan ini lahir dari semangat réréongan, dengan gerakan udunan kekaryaan. Karena hanya dengan cara itu, sebaik-baiknya cara untuk menunjukkan adab kepada para pendahulu kami—melanjutkan perjuangannya.
Sumangga dihaturanan linggih ka sadayana, cuang témbongkeun kasenian tradisi Tasikmalaya mibanda harepan pikeun nyorang poé isuk nu leuwih ti bihari jeung kiwari. Rahayu!

0 Komentar